Waspadai Penyakit Jantung Tanpa Gejala

Waspadai Penyakit Jantung Tanpa Gejala: Jangan Hanya Andalkan Pedoman Medis

Prof. Dr. dr. Dasaad Mulijono, Kepala Bagian Jantung plus Pendiri Program Gaya Hidup Sehat, Rumah Sakit Bethsaida, Tangerang, Kepala Bagian Pendidikan Indonesian College of Lifestyle Medicine

Pedoman medis biasanya digunakan dokter sebagai panduan untuk menentukan kapan seseorang perlu diperiksa atau diobati. Namun, artikel ini mengingatkan bahwa dokter yang semata bergantung pada pedoman saja bisa berbahaya, terutama untuk penyakit jantung koroner. Banyak orang belum menyadari pentingnya periksa jantung walau belum bergejala, padahal ini bisa menyelamatkan nyawa.

Serangan Jantung Tanpa Gejala Nyata: Kasus Nyata di Indonesia

Sebab banyak orang mengalami serangan jantung tanpa gejala apapun sebelumnya seperti yang sudah sering diberitakan yakni kematian mendadak yang menimpa selebriti terkenal kita:

  • Adjie Massaid (anggota DPR & aktor): wafat di usia 43 tahun karena serangan jantung usai bermain futsal.
  • Ashraf Sinclair (aktor): meninggal di usia 40 tahun, diduga karena serangan jantung mendadak saat tidur.
  • Benyamin Sueb (pelawak, aktor Betawi legendaris): meninggal setelah bermain sepak bola, juga karena serangan jantung.
  • Basuki (aktor & pelawak): meninggal akibat serangan jantung mendadak.

Jadi, jika kita hanya menunggu munculnya keluhan seperti nyeri dada, bisa saja penyakitnya sudah parah dan terlambat ditangani.

Siapa Saja yang Wajib Periksa Jantung Meski Tanpa Keluhan?

Artikel ini menyarankan agar dokter dan pasien lebih proaktif, terutama bagi mereka yang punya faktor risiko seperti:

  • Riwayat keluarga dengan penyakit jantung,
  • Gaya hidup yang tidak sehat (pola makan buruk, merokok, jarang olahraga, kurang tidur),
  • Stres berlebihan,
  • Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas atau diabetes.

Kita tidak boleh menunggu gejala. Saatnya periksa jantung walau belum bergejala, terutama jika ada faktor risiko.

Dari Pemeriksaan ke Perubahan Hidup: Hasil yang Bisa Dicapai

Contohnya:

Seorang pria usia 50 tahun datang ke rumah sakit tanpa keluhan. Ia menjalani pemeriksaan dasar seperti fisik, laboratorium, treadmill, dan calcium scoring. Hasilnya dinyatakan bagus, dan ia dipulangkan tanpa tindakan lanjutan.

Tiga bulan kemudian, ia datang ke RS Bethsaida karena serangan jantung. Untungnya, ia diselamatkan melalui kateterisasi dan pemasangan Drug Coated Balloon (DCB). Setelah mengikuti program Whole Food Plant Based Diet (WFPBD) dan perubahan gaya hidup, hasil follow-up 12 bulan kemudian menunjukkan perbaikan signifikan:

  • Berat badan turun dari 80 kg ke 60 kg

  • Tekanan darah terkontrol tanpa obat

  • HbA1C dari 6.2% menjadi 5.5% tanpa obat

  • LDL dari 180 mg/dL menjadi 30 mg/dL

Semua ini terjadi karena intervensi dini dan disiplin gaya hidup.

“Pasien ini datang tanpa keluhan, namun berinisiatif periksa jantung walau belum bergejala dan akhirnya terselamatkan.”

Pemeriksaan Jantung Bukan Sekadar Formalitas

Pemeriksaan jantung bukan hanya untuk mereka yang sakit. Ini adalah investasi keselamatan bagi siapa saja yang berisiko. Dengan metode seperti MSCT koroner, treadmill test, hingga analisis laboratorium, kita bisa mengantisipasi bahaya lebih awal.

Kesimpulan: Tindakan Proaktif Lebih Baik daripada Penyesalan

Apa yang bisa kita pelajari?

  1. Serangan jantung tidak selalu didahului gejala.
  2. Gaya hidup sehat penting, tapi tidak menjamin jika tidak dibarengi pemeriksaan yang tepat.
  3. Pemeriksaan jantung bisa menyelamatkan nyawa, apalagi jika punya faktor risiko.

Kalau Anda atau orang terdekat punya riwayat keluarga dengan penyakit jantung, gaya hidup tidak sehat, atau stres tinggi, sebaiknya mulai cek jantung secara proaktif, meski belum ada keluhan.

FAQ

Karena banyak kasus serangan jantung terjadi tiba-tiba tanpa gejala. Deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa.

Orang dengan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, stres berat, atau riwayat keluarga.

Share: